Sebuah gangsa adalah jenis metalofon yang digunakan terutama di Bali dan Jawa Gamelan music . Dalam gaya gong kebyar Bali , ada dua jenis gangsa biasanya digunakan : semakin kecil , bernada tinggi kantilan dan pemade lebih besar . Setiap instrumen terdiri dari beberapa batang logam disetel ( baik besi atau perunggu ) masing-masing ditempatkan di atas resonator individu. Bar yang dipukul dengan kayu Panggul , masing-masing memproduksi lapangan yang berbeda . Durasi intensitas suara dan faktor kualitas suara umumnya dilakukan dengan meredam getaran bar dengan jari-jari tangan bebas . Bali gong kebyar gangsas , seperti metalofon lain dalam gong kebyar ansambel , yang dimainkan berpasangan tetangga dengan saling , bagian cepat - tempo yang menguraikan melodi dari karya musik (lihat kotekan ) ; pasangan ini disetel untuk menjadi disonan dan menciptakan panjang gelombang tertentu dari getaran simpatik untuk menciptakan nada berkilauan (lihat Ombak ) yang melintasi jarak yang jauh . Gangsa ini sangat mirip dengan GENDER dan saron .
sumber: en.wikipedia.org/wiki/Gangsa
Upacara Melaspas bermakna upacara yang bertujuan membersihkan dan menyucikan bangunan yang baru selesai dibangun/dibuat atau baru ditempati kembali, seperti rumah, kantor, toko, kandang dan lain lain. Sementara untuk pembangunan tempat suci palinggih atau istana Dewa, Bhatara serta Dewa Pitara/Hyang, upacara Melaspas dilanjutkan dengan Ngenteg Linggih.
Melaspas dalam bahasa Bali nya terdiri dari dua rangkaian kataMlas artinya pemisah sedangkanPas artinya cocok, jadi kalau di jabarkan/uraikan Melaspas adalah pembuatan bangunan terdiri dari dua unsur yang berbeda (kayu dan batu), lalu di satukan terbentuklah bangunan yang cocok atau layak untuk di tempati/didiami.
Upacara Melaspas ini wajib dilakukan oleh Umat Hindu di Bali dan sudah menjadi tradisi secara turun temurun hingga saat ini. Kegiatan upacara ini diadakan agar orang yang akan menempati bangunan tersebut merasa tentram, kerasan/betah dan terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan (sakit, boros, marah marah, pertengkaran), dalam arti kata lain tidak tenang dan nyaman berada di tempat tersebut maka diadakan lah upacara Melaspas ini.
Dalam upacaraMelaspas ini ada tiga tingkatan penggolongan sesuai dengan kemampuan dan keadaan ekonomi dari yang akan melaksanakannya. Upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta
Tiga tingkatan bentuk upacara Melaspas ini:
Serangkaian upacara yang dilakukan ini semua bermakna agar manusia selalu bersyukur kehadapan yang sang pencipta dengan apa yang telah diberikannya.
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa dengan mengadakan upacara Melaspas ini kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, saat menempati bangunan yang sudah dibangun/dibuat diberikan rahmat dan anugerahnya agar tidak terjadi hal hal yang diluar keinginan manusia.
Sumber: http://www.wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-melaspas
Melaspas dalam bahasa Bali nya terdiri dari dua rangkaian kataMlas artinya pemisah sedangkanPas artinya cocok, jadi kalau di jabarkan/uraikan Melaspas adalah pembuatan bangunan terdiri dari dua unsur yang berbeda (kayu dan batu), lalu di satukan terbentuklah bangunan yang cocok atau layak untuk di tempati/didiami.
Upacara Melaspas ini wajib dilakukan oleh Umat Hindu di Bali dan sudah menjadi tradisi secara turun temurun hingga saat ini. Kegiatan upacara ini diadakan agar orang yang akan menempati bangunan tersebut merasa tentram, kerasan/betah dan terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan (sakit, boros, marah marah, pertengkaran), dalam arti kata lain tidak tenang dan nyaman berada di tempat tersebut maka diadakan lah upacara Melaspas ini.
Dalam upacaraMelaspas ini ada tiga tingkatan penggolongan sesuai dengan kemampuan dan keadaan ekonomi dari yang akan melaksanakannya. Upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta
Tiga tingkatan bentuk upacara Melaspas ini:
- Kanista upacara yang diadakan tergolong kecil.
- Madyaupacara yang diadakan tergolong menengah.
- Utama upacara yang diadakan tergolong besar.
- Ngayaban caru(Ngayaban: mengantarkan sesajen dengan mantra).
- Mengundang Bhutakala.
- Memberikan labaan.
- Mengusir atau mengembalikan ketempat masing masing, roh roh yang ada pada bangunan tersebut, dan honon dihadirkan Dewa Ghana sebagai dewa rintangan.
- Ngayaban Pamlaspas yang di dahului dengan:
- Mengucapkan orti pada mudra bangunan
- Memasang ulap ulap pada bangunan, ulap ulap dipasang tergantung jenis bangunan ( ulap ulap kertas yang ditulis dengan hurup rajahan ).
- Bila bangunan tersebut tempat suci maka dasar banguan digali lubang untuk tempatkan pedagingan, kalau bangunan utama di isi pedagingan pada puncak dan madya juga, pada bagian puncak diisi padma dari emas.
- Pangurip urip,arang bunga digoreskan pada tiap tiap bangunan (melambangkan tri murti, Brahmana, Visnu, Iswara), jadi umat Hindu Bali percaya bahwa bangunan yang didirikan tersebut menpunyai daya hidup.
- Ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamlaspas yang didahului memberikan sesajen pada sanggah surya ( Batang bambu yang menjulang tinggi)
- Ngayaban caru prabot
- Ngeteg-Linggih. Bila yang di Melaspas adalah tempat suci (palinggih), lalu upacaranya di tingkat madya dan nistaning utama bisa dilaksanakan sekaligus. (Drs.I Nyoman Singgih Wikarman)
Serangkaian upacara yang dilakukan ini semua bermakna agar manusia selalu bersyukur kehadapan yang sang pencipta dengan apa yang telah diberikannya.
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa dengan mengadakan upacara Melaspas ini kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, saat menempati bangunan yang sudah dibangun/dibuat diberikan rahmat dan anugerahnya agar tidak terjadi hal hal yang diluar keinginan manusia.
Sumber: http://www.wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-melaspas
Notasi lagu dalam gamelan Bali hanya bersifat sebagai alat bantu (partitur). Dalam sebuah pementasan notasi tidak memiliki peranan penting. Sangat berbeda dengan pementasan musik barat dalam bentuk konser yang selalu berpedoman pada notasi yang terpampang di depan para pemain, serta ada cendactor/dirijen sebagai peminpin konser. Dan bisa jadi apabila kedua unsur itu tidak ada di pentas “konser tidak bisa berlangsung”.
Disinilah perbedaan musik barat dengan musik tradisi Bali. Di Bali proses penotasian gending biasanya hanya dipergunakan oleh peñata/pencipta ketika akan menuangkan sebuah lagu. Inipun gending dalam bentuk notasi tersebut hanya notasi pokoknya saja. Sedangkan isian ilustrasi apa yang akan dituangkan pada masing-masing instrument telah termemori pada pencipta sebelumnya dan saat itu pula terjadilah proses imvrovisasi/percobaan yang akhirnya terbentuk motif-motif isian yang dikehendaki. Proses pembelajaran gamelan Bali dengan memakai notasi hanya lumrah bisa diterapkan pada instansi-instansi formal saja (sekolah seni, kantor pemerintahan dll), sedangkan pada lembaga-lembaga social masyarakat proses ini sangat sedikit mempergunakannya. Sedangkan untuk meminpin sebuah pertunjukan gamelan Bali, masing-masing instrument telah memiliki tugas dan fungsinya dalam barungan.
Dengan demikian peran notasi dalam gambelan Bali dalam sebuah pementasan tidak begitu penting, karena secara keseluruhan gending yang akan dipentaskan telah termemori/hafal dengan baik pada masing-masing penabuh. Adapun system penotasian yang dipergunakan dalam pencatatan gending-gending gamelan Bali memakai penganggening aksara Bali.
Saya telah mempelajari cara bergending Bali menggunakan panggange suara aksara Bali.
Ada lima pengangge suara yang telah saya pelajari, yaitu:
Disinilah perbedaan musik barat dengan musik tradisi Bali. Di Bali proses penotasian gending biasanya hanya dipergunakan oleh peñata/pencipta ketika akan menuangkan sebuah lagu. Inipun gending dalam bentuk notasi tersebut hanya notasi pokoknya saja. Sedangkan isian ilustrasi apa yang akan dituangkan pada masing-masing instrument telah termemori pada pencipta sebelumnya dan saat itu pula terjadilah proses imvrovisasi/percobaan yang akhirnya terbentuk motif-motif isian yang dikehendaki. Proses pembelajaran gamelan Bali dengan memakai notasi hanya lumrah bisa diterapkan pada instansi-instansi formal saja (sekolah seni, kantor pemerintahan dll), sedangkan pada lembaga-lembaga social masyarakat proses ini sangat sedikit mempergunakannya. Sedangkan untuk meminpin sebuah pertunjukan gamelan Bali, masing-masing instrument telah memiliki tugas dan fungsinya dalam barungan.
Dengan demikian peran notasi dalam gambelan Bali dalam sebuah pementasan tidak begitu penting, karena secara keseluruhan gending yang akan dipentaskan telah termemori/hafal dengan baik pada masing-masing penabuh. Adapun system penotasian yang dipergunakan dalam pencatatan gending-gending gamelan Bali memakai penganggening aksara Bali.
Saya telah mempelajari cara bergending Bali menggunakan panggange suara aksara Bali.
Ada lima pengangge suara yang telah saya pelajari, yaitu:
Ndong |
Ndung |
Ndang |
Ndéng |
Nding |
Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
source: http://id.wikipedia.org/wiki/Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
source: http://id.wikipedia.org/wiki/Nyepi
Aye Aye Aye! Ayo kita belajar bahasa Bali yang masih basic.
Aku mau jelasin tentang macam-macam kata ;P
Ayo disimak brooww...
1.) Kruna Aran = Kata Benda
~Kruna Aran Sekala (nyata)
~Kruna Aran Niskala (abstrak)
Contoh Kruna Aran Sekala;
-Meja
-Kacamata
-Papan
-Kursi
Contoh Kruna Aran Niskala:
-Wong Samar
-Angin
-Butakala
-Gamang
2.) Kruna Kria = Kata Kerja
Contoh Kruna Kria:
-Nyampat
-Mebalih
-Melaib
-Ngigel
3.) Kruna Kahanan = Kata Sifat
Contoh Kruna Kahanan:
-Jegeg
-Bagus
-Bocok
-Belog
Segini dulu yaa, nanti di-update lagi ;P
SALAM!
Aku mau jelasin tentang macam-macam kata ;P
Ayo disimak brooww...
1.) Kruna Aran = Kata Benda
~Kruna Aran Sekala (nyata)
~Kruna Aran Niskala (abstrak)
Contoh Kruna Aran Sekala;
-Meja
-Kacamata
-Papan
-Kursi
Contoh Kruna Aran Niskala:
-Wong Samar
-Angin
-Butakala
-Gamang
2.) Kruna Kria = Kata Kerja
Contoh Kruna Kria:
-Nyampat
-Mebalih
-Melaib
-Ngigel
3.) Kruna Kahanan = Kata Sifat
Contoh Kruna Kahanan:
-Jegeg
-Bagus
-Bocok
-Belog
Segini dulu yaa, nanti di-update lagi ;P
SALAM!